Tambang alam memang memberikan manfaat ekonomi bagi suatu daerah, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dampak negatif tambang alam bagi lingkungan dan masyarakat juga sangat besar. Dampak negatif tersebut dapat berupa kerusakan lingkungan, penurunan kualitas udara dan air, serta konflik sosial antara perusahaan tambang dengan masyarakat sekitar.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dampak negatif tambang alam bagi lingkungan dapat berupa deforestasi, pencemaran tanah dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi keberlangsungan ekosistem dan kehidupan hewan serta tumbuhan di sekitar tambang.
Selain itu, dampak negatif tambang alam juga dirasakan oleh masyarakat sekitar tambang. Mereka seringkali mengalami kerugian ekonomi akibat terganggunya mata pencaharian tradisional mereka, seperti pertanian dan perikanan. Selain itu, konflik sosial antara perusahaan tambang dengan masyarakat juga seringkali terjadi akibat perbedaan kepentingan antara kedua pihak.
Menurut Prof. Dr. Emil Salim, seorang pakar lingkungan hidup, “Dampak negatif tambang alam bagi lingkungan dan masyarakat harus diatasi dengan kebijakan yang lebih berpihak pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan tambang harus bertanggung jawab atas dampak negatif yang ditimbulkan dan memberikan kompensasi yang layak kepada masyarakat yang terdampak.”
Hal ini juga diperkuat oleh UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan tambang dalam mengelola dampak negatifnya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dengan demikian, penting bagi pemerintah dan perusahaan tambang untuk bekerja sama dalam mengelola dampak negatif tambang alam bagi lingkungan dan masyarakat. Hanya dengan kerjasama yang baik, kita dapat meminimalkan dampak negatif tersebut dan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.